“Osaa! Ayo bangun udah siang nih! Ntar aku tinggal lo!”
teriak Vallery membangunkan aku yang tengah asik berada di alam mimpi.
Aku membuka mata sesaat menatap Valery dengan kesal kemudian kembali
bergelung dengan selimut Hello Kitty kesayanganku. Tapi sedetik kemudian
Aku merasakan selimutku ditarik dengan paksa, dan menyeretku hingga
tepian tempat tidur, belum sempat aku tersadar sepenuhnya, tubuhku sudah
mendarat dengan cepat di lantai yang sangat dingin.
“Aduh, vale! bisa gak sih biarin aku tidur dulu.” Protesku pada Vallery,
sambil mengusap tanganku yang tertindih tubuhku. Vallery mendelik kesal
padaku.
“Ini udah jam 6 kebooo! cepetan sana mandi!” seru Vallery sambil menarik kedua tangganku untuk segera bangkit dari lantai.
“Aku bukan keboo, aku Valentina Yvonemelosa!” protesku lagi pada Vallery sambil memonyongkan bibirku.
“Makanya, kalau kagak mau dipanggil kebo jangan suka bangun siang dong!
sana mandi, kalo kagak mandi, gue kagak mau bareng lu selama seminggu!”
ancam Vallery, membuatku langsung menyambar handuk dan segera mandi.
Bukannya aku takut pada ancamannya, hanya saja bagiku Vallery itu
seperti malaikat. Setiap kali aku bersama Vallery, guru-guru yang
tadinya selalu menatapku dengan bringas dan kejam, menjadi ramah dan
sangat manis. Maklum saja, Vallery adalah anak Kepala Sekolah dan siswi
teladan yang cerdas dan pintar. Jadi setiap ada ulangan, Vallery akan
selalu mengajariku, sehingga nilai yang aku dapatkan sangat memuaskan,
meskipun masih di bawah Vallery. Bukan aku memanfaatkan Vallery lho, itu
adalah salah satu kelebihan Vallery. Tapi yang paling aku sukai darinya
adalah karena Vallery, gadis paling baik yang pernah aku temui. Tidak
hanya itu, Vallery juga gadis yang sangat cantik, dia memiliki darah
Indo (Jerman-Sunda), tak heran setiap aku jalan dengannya banyak lelaki
yang melihat ke arahnya, dan tentu saja aku sangat bangga padanya
sebagai sahabat yang telah mengenalnya selama 7 tahun. Ya, kami
bersahabat semenjak kelas 5 SD, saat Vallery pindah ke sekolahku dan
menjadi teman sebangkuku.
“Osaa, makannya pelan-pelan dong!” tegur Bunda yang melihat diriku
makan seperti kereta api. Aku hanya memberikan cengiran khasku pada
bunda.
“Dasar kamu itu, cewek kok makannya kaya kereta api. Contoh Vallery,
anggun gitu, feminim. Kamu gak aada feminim-feminimnya.” Omel bunda. Aku
melirik vallery yang asik mengunyah makanannya dengan pelan-pelan,
kemudian memonyongkan bibirku padanya. Vallery membalasku dengan
menjulurkan lidahnya. Kemudian kami sama-sama tertawa. Setelah pamit
dengan bunda aku dan Vallery segera berangkat ke sekolah.
—
Osa memang kebo, sudah 5 kali aku mencoba membangunkannya, tapi Osa
benar-benar mencintai kasurnya. Mau tidak mau aku menarik selimut Osa
hingga Osa terjatuh, dan ekspresi bangun tidurnya membuatku semakin
geli. Apalagi bibirnya yang selalu monyong bila ia tidak terima
perlakuanku, tapi usahaku untuk menyuruhnya mandi berlangsung dengan
sangat lancar, meskipun harus lewat sedikit ancaman sih. Hehe..
Aku selalu kagum sama bunda Osa, dia memang cerewet tapi sangat
menyenangkan. Selalu perhatian padaku meskipun aku bukan anaknya.
Sedangkan Osa seperti biasa selalu cuek dengan omelan bundanya. Selesai
makan aku dan Osa berangkat sekolah dengan menggunakan Honda Jazz
milikku, ralat milik ayahku dan diberikan padaku. Seperti biasa setiap
kali berangkat, osa pasti selalu tidur di Mobil, membuatku hanya bisa
mengelus dada melihat kelakuan sahabatku ini.
“Valle, Ocaah!” teriak suatu suara yang aku tebak itu adalah Melati,
setibanya kami di SMA Bakti Prasada. Sontak aku dan Osa melihat ke arah
sumber suara, benar saja itu Melati. Tampaknya ia sudah tiba dari tadi
karena melati sama sekali tidak membawa tas slempang kesayangannya.
“Nama gue Osa bukan Ocah.” Protes Osa sambil memonyongkan bibirnya lagi.
Benar-benar mirip seperti ikan. Melati hanya nyengir lebar kemudian
memeluk kami berdua. Aku dan Osa hanya bisa saling memandangi. Memang
sikap Melati yang satu ini agak menyeramkan untuk kaum hawa karena
sikapnya yang suka tiba-tiba memeluk tanpa alasan yang jelas.
“Ada anak baru lhoo, gila ganteng banget. Tadi Mel lihat di depan ruang
kepsek, orangnya cool banget.” Ujar melati dengan mata berbinar-binar.
Aku hanya mengernyit jijik dengan sikap Melati yang sangat terlihat
dibuat-buat, sedangkan Oca hanya tertawa geli melihatnya.
“Os, menurut kamu anak barunya kece ga?” tanya ku pada Osa. Osa hanya
mengangkat bahu seraya mengeluarkan sebungkus permen dari saku bajunya.
Aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya, Osa adalah gadis paling cuek
yang pernah aku kenal. Aku melirik Osa sekilas, Osa gadis yang imut dan
manis. Tingginya hanya sekitar 155 cm, potongan rambutnya pendek, tetapi
malah membuatnya tampak lebih imut, matanya besar dengan hidung sedikit
pesek dan bibir tipis, kulitnya kuning langsat, sayangnya Osa bukan
tipe cewek feminim dan cantik, melainkan tomboy dan slengekan. Aku dan
dia sudah 7 tahun bersahabat, jadi aku sangat mengenal Osa. Meskipun Osa
tomboy, cuek dan slengekan, tapi Osa akan selalu membantu bila ada yang
membutuhkan. Pernah, waktu aku dan Osa masih duduk di bangku SMP,
ketika itu aku dan Osa pulang menggunakan angkutan umum. Tiba-tiba saja
Osa menyuruhku pulang duluan, awalnya aku sangat bingung tapi kemudian
aku mengerti setelah melihat Osa membantu seorang nenek tua menyebrang.
Dan saat itu aku merasa sangat bangga sebagai sahabatnya. Itu yang
sangat aku suka dari Osa.
—
“Nama aku Fransananda Putra William. panggil saja Frans” Ujar anak
baru itu dengan lantang. Benar kata melati yang sok-cute-centil itu,
anak baru ini sangat tampan dan cool, mampu menghipnotis semua siswi di
kelasku, sedang anak cowoknya hanya bisa menghela nafas melihat saingan
yang sangat berat itu. Aku melirik Vallery yang duduk tepat di
sampingku, sepertinya Vallery juga sangat tertarik, buktinya dia terus
menatap cowok coool itu tanpa berkedip.
“Silahkan duduk di sebelah Reza, Frans.” ujar Pak Tono, wali kelasku.
Frans mengangguk sopan, kemudian menuju tempat yang ditunjukan oleh Pak
Tono. Meja Reza tepat berada di depan meja aku dan Vallery. Rata-rata
semua cewek langsung mengeluh begitu melihat Frans duduk di depan Valle,
maklum saja Valle memang primadona, banyak cowok yang langsung kepincut
begitu melihatnya. Kuakui anak baru itu sangat tampan, dan jujur saja
aku sedikit tertarik padanya, aku tidak tau mengapa tapi dia punya
kharisma yang sangat kuat.
“Osaa, anak barunya ganteng banget.” seru Valle sambil mencengkram
lenganku ketika istirahat dan kami sedang berada di kantin, aku hanya
bisa meringis mengiyakan ucapan Vallery.
“Hey Os, hey Val.” sapa Reza dari belakangku. Aku dan Vallery sama-sama
menoleh, Reza ternyata bersama Frans, mereka sudah menjadi teman baik
rupanya.
“Hey Rez, Hey Frans.” sapa Vallery genit membuatku ingin tertawa geli.
“Hay juga.” balas Frans tersenyum. Reza dan Frans duduk di depan aku dan
Vallery. aku memang lumayan akrab dengan Reza, maklum saja tetangga
depan meja.
“Kenalin, ini Osa dan yang ini Valle.” ujar Reza memperkenalkan kami.
Frans mengangguk mengerti. Aku melirik Valle kemudian tersenyum geli
melihat matanya yang berbinar menatap Frans.
“Kalian sodara ya?” tanya Frans.
“Engga, kami udah sahabatan selama 7 tahun.” jawab Valle cepat.
“Kalo Osa sodaraan sama Valle mah dunia berguncang. hahaha.” sahut Reza
yang kusambut pelototan, dan tanpa sadar, lagi-lagi aku memonyongkan
bibir.
“Enak aja, emang aku sejelek itu apa. aku kan gak jelek-jelek amat.
buktinya Taylor Lautner naksir sama akyuu.” balasku yang disambut protes
Valle dan Reza, Frans hanya tersenyum geli mendengar perkataanku.
Istrahat siang itu benar-benar berbeda mungkin karena adanya kehadiran
cowok cakep siang itu..
—
Gila, anak barunya emang cakep euy! cool banget! Tapi si Osa
tanggapannya dingin banget, bener-bener Osa banget deh. Padahal
seandainya dia tertarik sedikit aja, bakalan aku jodohin deh dia tuh
sama si Frans. Apalagi pas Frans duduk di depan aku, waktu istrahat,
sangat menyegarkan mata, istrahat yang sangat istimewa. Tapi entah
mengapa feelingku mengatakan bahwa Frans tertarik pada Osa, sapa yang
tidak, tuh anak ngebanyol terus-terusan, bikin aku, reza dan frans
tertawa hingga sakit perut. Itu kelebihan Osa yang kadang membuatku iri.
Osa selalu bisa cepet akrab dengan siapapun, meskipun baru kenal
beberapa jam.
“Oss, yakin nih kagak tertarik sama si Frans?” tanyaku lagi saat sekolah usai.
“Ogah, ah. Bukan tipeku.” Jawab Osa enteng.
“ah yang bener, hati-hati lho, kebanyakan yang bilang ‘bukan tipeku’ nanti malah jadian.” Godaku, yang disambut cibiran Osa.
“Buat kamu aja Vall, kaya begitu kan tipemu.” Balas Osa membuatku menyengir lebar.
“Ah, aku tau, tipemu kan kaya Ardhi – si culun – kan?” sahutku yang
disambut dengan cubitan dari Osa. Tak mau kalah akupun membalasnya
dengan cubitan juga, aku dan Osa tertawa bersama. Bagiku dan Osa tidak
akan ada permusuhan yang diakibatkan karena cowok.
—
Bener-bener deh sabtu malam yang menyebalkan. Di rumah gak ada orang,
Vallery pergi ke rumah neneknya di Salatiga, tinggalah aku sendiri. Aku
memutuskan untuk berjalan-jalan keliling kota, daripada bengong sendiri
di rumah. Dengan motor bebek kesayanganku, menjelajah setiap sudut kota
Semarang. Setelah mengelilingi kotaku tercinta, akhirnya aku memutuskan
untuk mampir makan di sebuah warung nasgor di pinggir jalan. Setelah
memesan nasi goreng seafood aku mencari tempat duduk, tiba-tiba
seseorang mencolekku dari belakang, saat menoleh ternyata Frans.
“Hey Osa, sendirian aja nih?” sapa Frans sambil tersenyum.
“Oh, hey Frans, iya nih. Lha kamu sendirian juga?”
“Yup, duduk yuk. Aku baru aja pesan, eh liat kamu disini.” Frans dan aku
duduk berdampingan, entah kenapa jantungku langsung berdegup dengan
sangat kencang. Mungkin karena aku tidak terbiasa duduk bersebelahan
dengan cowok setampan Frans yang hampir menyaingi greyson chance alias
wajah cowok yang sangat imut.
“Kok disini sendiri Sa? Vallery mana?” tanya Frans padaku.
“Ke rumah neneknya. Di rumah gak ada orang, jadi pergi sendiri deh.” Jelasku.
“Oh, terus kamu kesininya naik apa?” tanya Frans lagi.
“Naik bebek.” Jawabku sambil membalas senyumnya. Pesona Frans memang
luar biasa, sampai ngebuat gue yang secuek ini sama cowok bisa senam
jantung seperti ini.
“Bebek?” tanya Frans sambil mengernyitkan dahinya.
“Ah, maksudnya motor. Lha, kamu kok ndak sama pacarmu, frans?”
“Hehe, jomblo. Nah, kamu sendiri, gak malmingan sama pacarmu?”
“Dia gak ada.”
“gak ada? Maksud kamu, dia.. udah meninggal?”
“Bukan, tapi dia pergi untuk menyelamatkan umat manusia.”
“menyelamatkan manusia? Maksudnya?”
“Iya, pacar aku kan spiderman, tapi dia mutusin aku lebih milih Mary
jane. Terus alasannya pakai menyelamatkan dunia lagi.” Ujarku dengan
tampang serius, mendengar itu Frans tertawa, membuatku terpesona pada
tawanya itu. Gawat, bisa-bisa aku melanggar janji pada Vallery dan jatuh
cinta padanya. Tidak-tidak boleh, ujarku dalam hati.
“Osaaa? kamu begongin apa sih? Tuh makanannya ntar dingin lhoo.”
Tegur Frans yang ternyata memanggilku sedari tadi. Membuatku tersadar
dan langsung tersipu malu. Entah mengapa malam itu aku bukan osa yang
biasanya, malah berharap aku bisa lebih mengenal Frans.
—
Ada yang berubah dari Osa, dia berbeda. Sungguh, setelah ia
menceritakan pertemuannya dengan Frans. Dia bertambah dekat dengan
frans, dan tidak secuek dulu, terutama dengan penampilannya. Feelingku
kuat mengatakan bahwa Osa sedang jatuh cinta. Sebagai sahabat tentu saja
aku senang sekali, dan mendukung Osa dari belakang, karena aku tau Osa
akan mengelak jika aku bertanya atau membantunya. Hari demi hari
berlalu, Osa semakin dekat dengan Frans. Dan tentu saja banyak sekali
gadis yang iri pada Osa, tapi tak ada yang berani memprotes, karena aku
mendukungnya. Semua baik-baik saja dan berjalan dengan lancar, sampai
saat itu..
—
Hubungan aku dan Frans bertambah dekat. Tentu saja aku sangat senang
dan berharap dia melihatku. Hal ini aku sembunyikan dari Vallery, karena
aku belum ingin Vallery mengetahuinya. Entah mengapa aku merasa malu
bila Vallery mengetahui aku melanggar janjiku sendiri. Beberapa minggu
semenjak kedekatanku dengan Frans, Vallery sempat mencurigainya karena
penampilanku yang berubah, aku sudah mulai menggunakan lip balm tipis,
dan menata rambutku serapi mungkin dengan aksesoris rambut yang aku
miliki hanya saja aku tidak pernah menggunakannya selama ini. Tapi
lambat laun kecurigaan Vallery mereda, dan membuatku lega tidak ditodong
dengan tatapan kecurigaannya.
Beberapa hari ada yang berbeda dengan Frans, dia berusaha menghindar
dariku dan bahkan selalu ketus bila aku mencoba mengajaknya berbicara.
Rasanya ingin menangis, tapi aku berusaha menahannya. Sampai saat itu,
hari itu..
Hari ini Frans tetap bersikap aneh, dan lebih parahnya lagi Vallery
tidak bisa pulang denganku, karena katanya ada rapat OSIS. Lengkap sudah
penderitaanku. Dengan gontai aku berjalan sendirian, tiba-tiba aku
teringat sesuatu, buku bahasa inggrisku tertinggal di laci meja. Bila
tidak segera aku ambil, bisa-bisa sudah raib entah kemana. Akhirnya aku
memutuskan untuk kembali ke kelas. Langkahku terhenti begitu melihat
pemandangan mengejutkan di hadapanku. Ya, pemandangan yang membuat
hatiku berdebar lebih cepat dan terasa sakit sekali. Frans sedang
memeluk Vallery. Jadi ini alasan Frans menghindariku, dia mendekati
Vallery melalui aku, dia tidak menyukaiku, tapi menyukai Vallery. Huh,
kenapa aku bisa sebodoh ini. Vallery selalu lebih dariku, dalam hal
apapun. Perlahan aku melangkahkan kakiku menjauh dari pemandangan yang
menyakitkan itu dan tanpa aku sadari air mata menetes dari pelupuk
mataku, air mata pertama.
—
Ada yang aku sembunyikan dari Osa, dan tak diketahui oleh Osa selama
beberapa hari ini. Osa juga tidak semangat seperti biasanya, mungkin
karena Frans menjauhinya. Aku ingin memberitahunya, tapi ini tidak boleh
diketahui siapapun, termaksud Osa.
Hari ini aku berbohong lagi pada Osa, aku menggunakan alasan ada
rapat OSIS, padahal aku bertemu Frans diam-diam, di kelas, sepulang
sekolah.
“Apa itu Vall?” tanya Frans ketika aku menemukan sebuah gantungan
kunci angry bird. Aku terdiam sesaat memandang gantungan kunci itu
dengan seksama, aku sangat mengenal gantungan kunci itu, itu milik Osa.
“Tidak apa-apa. Ayok pulang.” Ajakku seraya memasukan gantungan kunci
itu ke dalam saku bajuku. Frans hanya menatapku heran kemudian mengikuti
langkahku menuju parkiran.
—
Aku menjauhi Vallery dan Frans, berusaha sebisa mungkin menjauh untuk
menata hatiku. Aku tau sikapku membuat Vallery heran, dia berusaha
terus mendekatiku, tapi aku terus menghindarinya. Kalau Frans, aku
berusaha menjauhinya karena dia yang menjauhiku dulu, tapi beberapa kali
ia berusaha mengajakku berbicara tapi aku juga menghindarinya.
“Osa, nanti pulsek, jalan yuk.” Ajak Valle saat istrahat. Aku pura-pura membereskan peralatan tulisku yang berada di meja.
“Sory, aku ada janji.” Ujarku cuek, kemudian berjalan keluar kelas tanpa memberi kesempatan Vallery berbicara lebih lanjut.
Selama 1 minggu aku menyendiri, menjauhi Vallery dan Frans. Meskipun
aku merindukan mereka tapi aku belum sanggup mengetahui kenyataan yang
ada.
Sudah beberapa hari Frans tidak masuk sekolah dan membuatku
bertanya-tanya, tapi aku tetap diam berusaha mengusir bayangannya.
Vallery juga mulai terbiasa dengan sikapku, dia tidak lagi berusaha
mengajakku bicara, dan itu membuatku semakin merasakan kesedihan,
mungkin aku bukan lagi sahabatnya..
“Osa, ada surat nih.” ujar bunda suatu sore ketika aku sedang bermain angry bird di kamar.
“Sapa bund?” tanyaku sambil tetap menatap layar lappy kesayanganku.
“Dari.. Frans.” jawab bunda membuatku mengalihkan perhatianku dan
langsung mengambil surat itu dari tangan bunda. bunda yang melihat
kelakuanku hanya bisa menggelengkan kepalanya. kemudian melangkah ke
luar kamarku. Aku membuka surat itu dengan cepat dan membacanya.
Datanglah ke Taman di samping sekolah jam 16.00
Aku tunggu,
Frans
Aku mengernyit heran, surat itu isinya sangat singkat. Kemudian aku
melirik jam yang sudah menunjukan pukul 15.30. tinggal 30 menit lagi.
sesaat aku menimbang apakah akan datang atau tidak, akhirnya aku
memutuskan untuk datang saja. dengan segera aku menyambar handukku dan
berlari ke kamar mandi.
Aku melangkahkan kaki memasuki Taman yang berada tepat di sebelah
sekolahku. Aku memandang takjub ke arah seluruh penjuru taman, Taman
yang semula sangat tidak terawat sekarang begitu indah sangat indah
dihiasi oleh banyak mawar yang mungkin jumlahnya puluhan atau ratusan?
aku melangkah mengikuti taburan mawar yang berada di jalan setapak dan
menuju ke arah dalam taman. aku semakin takjub melihat sebuah kursi
taman yang dihias dengan banyak gambar angry bird kesayanganku. aku
menghampiri kursi itu dan menyentuhnya, ini benar-benar nyata. lalu
siapa yang membuatnya? masa Frans?
“Jenette Yvonemelosa.” ujar suara dari belakangku, aku menoleh dan
menatap terkesima pada sesosok lelaki yang menggunakan kaos angry bird,
dan membawa sebuket bunga mawar putih yang menghalangi wajahnya, tapi
entah mengapa aku yakin itu Frans.
“Frans?” bisikku ragu. lelaki itu maju perlahan mendekatiku.
“i want to share my life with you and become in first place’s in your
heart. can i be your boyfriend?” ujarnya kemudian menyodorkan buket
mawar itu padaku, saat itulah aku bisa melihat wajahnya, dan itu
benar-benar frans. aku merasa ini mimpi, tidak percaya.
“Osa.” panggil Frans resah melihatku terdiam cukup lama.
“aku gak bisa frans.” ujarku.
“kenapa?” protes Frans kaget.
“Karena aku gak cinta sama kamu.” ujarku berusaha menyembunyikan kebenarannya.
“Bohong. gak mungkin kamu gak jatuh cinta sama aku.” protes Frans tidak trima.
“Memang gak mungkin kenapa?” ujarku berusaha sedingin mungkin.
“Iya, gak mungkin. aku kan ganteng, baik, tinggi, putih dan romantis,
murah hati, gak sombong, rajin menabung, trus juga baik, eh baik tadi
udah ya.. terus… ya banyak hal yang bisa buat kamu jatuh cinta sama
aku.” jelas Frans, aku ingin tertawa mendengar kenarsisannya, tapi
sebisa mungkin aku tetap berakting cool.
“Aku tetap ga bisa. aku gak mau ngerebut pacar sahabatku sendiri.” ujarku. Frans mengernyit heran.
“sahabat siapa?” tanya Frans bingung.
“Ya Vallery lah.” ucapku ketus membuat wajah frans semakin kebingungan.
“Valle? pacar? emang siapa yang pacaran sama Valle? aku gak pacaran sama Valle kok.”
“Gak pacaran? terus apa yang aku lihat itu pulang sekolah kamu diam-diam
ketemuan sama Valle, peluk-pelukan, terus ngejauhin aku, bersikap
menyebalkan.” ujarku emosi. sesaat Frans terdiam lalu tetawa geli
membuatku semakin kesal. tiba-tiba Frans menyentuh wajahku dengan tangan
kanannya.
“Osa sayang, aku gak pernah pacaran dengan Valle oke. yang aku cinta
cuma kamu dan selalu kamu.” jelas Frans membuatku menyipitkan mata tanda
tak percaya.
“okey, gimana kalau kamu tanaykan Valle? kita ke tempatnya sekarang?”
ujar Frans lembut sambil menarikku menuju keluar taman, ke arah
parkiran.
“Silahkan turun tuan putri.” ujar Frans setelah kami tiba di rumah
Vallery. aku berusaha mengacuhkannya meskipun terpesona pada penampilan
Frans hari itu.
“Hey Valle.” sapa Frans ketika Valle membukakan pintu.
“Hey Frans, hey Osa.” sapa Valle senang melihat kedatanganku dan Frans kemudian mempersilahkan kamu masuk.
“Jadi gimana?” tanya Valle pada Frans.
“Si putri mikir kamu sama aku pacaran Vall.” jawab Frans geli yang
disambut tawa geli Valle. Aku menatap kesal padanya, sebelum aku protes
Valle memelukku dengan erat.
“Osa. osa. kamu itu sahabatku terbaik sa. Aku menyayangimu seperti
saudaraku sendiri, jadi aku gak akan mungkin mengambil orang yang kamu
cintai.” ujar Valle.
“Lalu.. lalu bagaimana dengan pelukan itu dan kenapa kamu bohong sama
aku? kenapa kamu gak mencoba menjelaskan?” tanyaku beruntun yang
disambut tawa geli Valle.
“Iya, itukan untuk membantu si pangeran untuk mendapatkan hati sang
putri. dan untuk pelukan itu, aku rasa kamu salah lihat sa, itu waktu
aku kesandung terus ditahan sama si Frans. aku udah mencoba menjelaskan,
tapi siapa coba yang menghindar terus? dan lagi siapa juga coba yang
bohong duluan?” jelas Valle panjang lebar sambil melepaskan pelukannya
padaku.
“Hehe, jadi kamu tau ya Vall?” tanyaku dengan cengiran lebar.
“apa sih yang gak diketahui Valleri tentang Osa.” jawab Valle mencubit pipiku.
“ehm. jadi gimana Os?” tanya Frans menyela. Valle mendorongku mendekat pada Frans.
“Emm. iyaa.” jawabku pelan.
“yang kenceng dong osa.” protes Frans mendekat membuatku senam jantung lagi.
“Iya, aku mau jadi pacarmu.” ujarku lantang, kemudian aku merasa wajahku
menghangat. Frans tersenyum lebar lalu menarikku dalam pelukannya.
“Cieee.. yang jadian nih. makan-makaan! ayook, traktir aku di J.co!” sela Valle merusak suasana. aku memonyongkan bibirku..
“Uuu, maunyaa.” ujarku yang disambut cubitan gemas oleh Valle, kemudian kamu tertawa bersama.
—
Akhirnya sahabatku tersayang beranjak dewasa dan jatuh cinta. bahagia
sekali melihat Osa bahagia, meskipun terjadi kesalahpahaman yang sudah
aku duga. Mereka benar-benar pasangan yang sangat cocok. Memoriku
mengulang kembali saat ketika pertama kali Frans memintaku untuk
membantunya menyatakan cinta pada Osa, wajahnya benar-benar sangat merah
seperti kepiting rebus, dan tingkahnya sangat konyol tergagap-gagap.
aku tertawa geli untuk kesekian kalinya. Aku harap dengan tulus dan
sebagai sahabat mereka berdua, pasangan bodoh itu akan selalu langgeng..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar